Medan Listrik Jadi Alternatif Pengobatan Masa Depan
Analisadaily.com, Medan - Lavender Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan Rahmat Indonesia menyelenggarakan sharing session bertema “Medan Listrik untuk Terapi Kanker dan Kesehatan” di International Wildlife Museum & Gallery, Medan beberapa hari lalu.
Acara ini menghadirkan narasumber utama Tun DR. Rahmat Shah, penyintas kanker prostat, dan Dr. Warsito P. Taruno, penemu teknologi terapi kanker berbasis medan listrik atau jaket ECCT (Electro-Capacitive Cancer Therapy).
Menurut data Global Cancer Observatory 2022, kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan lebih dari 10 juta kasus kematian per tahun. Di Indonesia, lebih dari 240.000 orang meninggal akibat kanker, dengan jenis paling umum di antaranya kanker payudara, serviks, kolorektal, paru-paru, prostat, dan pankreas.
Jenis kanker paru-paru dan kolorektal menjadi penyebab kematian tertinggi, karena kerap ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Pengobatan konvensional seperti operasi, kemoterapi, dan radiasi sering kali belum mampu mengatasi penyebaran sel kanker atau metastasis.
Menjawab tantangan ini, Dr. Warsito memperkenalkan teknologi jaket ECCT yang bekerja dengan prinsip medan listrik untuk mengganggu kelistrikan sel kanker saat membelah diri. Karena sel sehat tidak aktif membelah, alat ini tidak merusak jaringan tubuh yang normal. Ia memaparkan hasil PET-CT scan dari pasien yang menunjukkan keberhasilan terapi ECCT menghentikan penyebaran kanker di area yang terpapar alat.
Teknologi ECCT memungkinkan pasien menjalani terapi sambil beraktivitas normal, tanpa mengganggu produktivitas harian. Sejak digunakan tahun 2012, terapi ini telah menunjukkan hasil signifikan. Pasien kanker paru-paru yang semula hanya memiliki harapan hidup 4–12 bulan, dapat hidup lebih dari 25 bulan dengan ECCT, bahkan ada yang mencapai lebih dari 10 tahun dalam kondisi sehat. Pasien pengguna pertama ECCT tercatat telah hidup sehat lebih dari 15 tahun sejak didiagnosis kanker payudara stadium 4.
Sejak 2020, ECCT generasi kedua telah dikembangkan dengan durasi pemakaian lebih singkat dan efektivitas lebih tinggi. Menurut DR. Warsito, tingkat harapan hidup pasien meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan sebelum tahun 2020.
Tun DR. Rahmat Shah, yang divonis kanker prostat stadium 3 pada 2016, juga membagikan kisah inspiratifnya. Ia menjalani terapi nanoknife (listrik kejut) di Jerman dan sempat menggunakan ECCT. Kini, sembilan tahun kemudian, ia tetap sehat dan aktif. Ia menekankan pentingnya ketenangan batin, doa, sedekah, olahraga teratur, pola makan sehat, serta menjauhi rokok sebagai kunci kesembuhannya.
Lebih dari 120 peserta menghadiri acara ini, termasuk tokoh masyarakat, ulama, politisi, penderita kanker, dan pegiat kesehatan. Lavender Indonesia sebagai penyelenggara merupakan komunitas pendamping pejuang kanker yang mengusung prinsip kesehatan semesta, yakni keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan spiritualitas.
Dalam acara ini juga dilakukan pemeriksaan gratis menggunakan alat ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) hasil inovasi Dr. Warsito lainnya, untuk mendeteksi aktivitas dan kelainan di otak.
(NAI/NAI)